Balakhrisnan, et al. (2004) meneliti pengaruh utilisasi kapasitas terhadap kos stickiness. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat utilisasi kapasitas berdampak pada respons manajer terhadap
volume aktivitas. Pada perusahaan yang menghadapi kelebihan kapasitas
(utilisasi kapasitas rendah), adanya penurunan volume aktivitas akan
diinterpretasikan sebagai permintaan produk secara permanen. Manajer akan
segera merespons penurunan aktivitas perusahaan dengan mengurangi jumlah sumber
daya. Sebaliknya, apabila utilisasi kapasitas tinggi, manajer tidak akan serta
merta menurunkan jumlah sumber daya sebagai respons dari penurunan volume
aktivitas perusahaan. Manajer berpandangan bahwa penurunan volume aktivitas
hanya bersifat sementara. Semakin tinggi utilisasi kapasitas, maka semakin
rendah respons manajer terhadap penurunan volume aktivitas.
Penelitian Banker dan Chen (2006)
mengevaluasi validitas model perilaku kos.
Penelitian ini bertujuan memperbaiki prediksi laba dengan mengestimasi excessive cost akibat adanya kos stickiness pada saat penjualan turun.
Dalam penelitian ini, dilakukan komparasi dari empat model prediksi laba.
Keempat model tersebut meliputi model returns
on equity (ROE), model operating income, model cash flow, dan model cost variability dan cost stickiness (CVCS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CVCS memiliki kemampuan prediksi laba
yang lebih akurat dibandingkan ketiga model lainnya. Model CVCS memiliki kandungan yang lebih baik daripada model lainnya,
khususnya dalam menjelaskan abnormal
stock returns.
Balakrishnan et al, (2010) mengkaji kos stickiness dengan menggunakan data
berdasar simulasi tentang tindakan manajer. Penelitian ini menggunakan alat
analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biaya tetap (fixed cost) dan skala diseconomies pada biaya variabel
menjadikan kos bersifat sticky.
Selanjutnya dengan menggunakan model aljabar, hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya kos stickiness berdampak
pada struktur kos (cost structure).
Sementara
itu, Kim dan Kinsey (2010) mengkaji
pengaruh perilaku kos terhadap kesalahan dalam prediksi laba dengan mengambil
objek pengamatan selama periode 1996-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
apabila perubahan biaya yang terjadi lebih kecil daripada perubahan penjualan
terkait adanya biaya tetap, maka biaya yang diprediksi para analis menjadi
terlalu tinggi apabila mereka memprediksi adanya kenaikan penjualan. Hal
tersebut menyebabkan laba yang diprediksi menjadi terlalu rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa penyesuaian kos tidak dapat berlangsung dengan sempurna.
Penyesuaian kos yang tidak sempurna berdampak pada besarnya kesalahan dalam
prediksi laba.
Weiss
(2010) meneliti dampak asimetri perilaku kos terhadap akurasi prediksi laba.
Cakupan kos dalam penelitian ini meliputi harga pokok penjualan (HPP) dan kos pemasaran, administrasi dan
umum (PA&U). Penelitian ini
mengintegrasikan aspek akuntansi keuangan dengan akuntansi kos. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki kos stickiness tinggi memiliki akurasi prediksi laba yang lebih rendah,
dan sebaliknya. Akurasi prediksi laba berpengaruh pada tingkat kepercayaan
investor terhadap nilai perusahaan.